Oleh : Siska Y. Massardi (Prakatisi Pendidikan Anak Usia Dini)
Persoalan yang cukup rumit yang dialami para orangtua dan guru adalah, membuat anak belajar dengan rasa bahagia. Kebanyakan, ketika mendengar kata “belajar,” anak langsung merasa terbebani dan stres. Menghadapi hal itu, orangtua yang tidak sabar akan langsung panik atau marah. Karena, buat mereka, jika anak tidak mau belajar, orangtua khawatir anaknya akan berada di urutan terbawah di kelasnya, atau tidak mendapat ranking seperti yang diharapkan.
Agar anak dapat belajar dengan bahagia, guru dan orangtua tidak perlu memasang target. Karena, hal itu hanya akan membuat semua pihak tertekan oleh keharusan, tanpa melihat kondisi anak. Para guru dan orangtua cukup hanya membuat rencana kerja dan kegiatan, dengan tujuan demi kemajuan anak.
Kita harus menyadari, kemampuan anak secara obyektif tidaklah didasari oleh keinginan dan ambisi. Hal yang penting adalah, bagaimana menumbuhkan kesadaran pada anak bahwa belajar adalah kebutuhan, bukan paksaan. Jika anak sudah paham hal itu, maka orangtua dan guru hanya menstimulus dengan pengetahuan sesuai kemampuan anak.
Hampir seluruh pelaksanaan pembelajaran pada anak harus dialirkan melalui kegiatan. Dengan kegiatan yang teratur dan mencukupi, sesuai kebutuhan anak, para orangtua dan guru dapat memasukkan knowledge (pengetahuan), dan anak akan menerimanya dengan rasa senang. Ketika anak senang dan bahagia, semua pengetahuan yang diberikan akan mengalir deras seperti air sungai, masuk ke dalam jaringan otaknya.
Saat proses belajar dengan anak, adalah sebuah interaksi yang dilandasi pengetahuan. Buatlah diskusi secara menarik. Buat pertanyaan yang evaluatif, agar bertambah luas pemahaman anak tentang pengetahuan. Program pembelajaran yang baik adalah ketika setiap anak diberi waktu untuk berkomunikasi. Jangan biarkan anak hanya menjadi pendengar. Itu akan membuatnya bosan dan merasa kehadirannya tidak dihargai.
Untuk memasukkan pengetahuan kepada anak, harus dilakukan secara teratur/konsisten dan berurutan. Itu semua untuk menjaga agar sistem pusat berpikir anak dapat tersusun dengan baik dan rapi. Jika sistem pusat berpikir anak baik, maka anak akan dapat melakukan semua kegiatan secara berurutan pula. Dalam hal ini, perlu kesabaran orangtua maupun guru. Sekali lagi, semua harus berlangsung tanpa target!
Setiap kali guru akan memberikan materi kepada anak, harus membuat lesson plan terlebih dahulu, yang dibingkai melalui tema. Setiap satu kata dan kalimat yang akan guru ucapkan, pastikan bermakna, dan berhubungan dengan kegiatan yang akan diberikan. Dan, setiap kegiatan harus berhubungan dengan tema, agar tidak ke luar dari benang merah.
Setiap memberikan pengetahuan pada anak, guru dan orangtua harus dalam keadaan yang berbahagia. Tidak boleh dalam keadaan marah. Tidak boleh pula membanding-bandingkan satu anak dengan anak yang lain. Itu akan membuat anak merasa tidak nyaman. Sebab, kemampuan setiap anak adalah berbeda. Anak terlahir sesuai dengan fitrah yang diberikan oleh Sang Pencipta. Jika anak dibanding-bandingkan, proses kegiatan belajar akan menjadi tekanan dan tidak menyenangkan.
Pastikan semua kegiatan yang diberikan kepada anak mempunyai tujuan/makna, agar anak dapat mengerti untuk apa ia diberi pengetahuan tersebut. Ketika anak diarahkan untuk mengerti setiap kegiatan yang akan dilakukan, itu akan sangat membantu masa depannya — orangtua dan guru penting untuk memahami hal itu.
Sekali lagi, ciptakanlah suasana belajar yang aktif, evaluatif, dan terencana, agar seluruh waktu bersama anak mendatangkan kebahagian. Dengan bahagia, anak dan orangtua akan mendapatkan jalinan hubungan sosial yang nyaman dan menyenangkan.[] (Media TK Sentra Volume 1, Mei 2010)